Padang Panjang,Sumbar Investigasi.com – Amran Sutan Sidi Sulaiman wafat pada Senin (6/9) pukul 06.00 WIB di RSI Siti Rahmah Padang Panjang. Ia adalah orang tua dari Wali Kota Padang Panjang, Fadly Amran.
Amran dikenal karena jejaknya di dunia pendidikan. Ia pendiri Yayasan Baiturrahmah yang menaungi Fakultas Kedokteran, Fakultas Gigi, Akademi Keperawatan, dan sebagainya.
“Sebelum ke dunia pendidikan, beliau adalah pengusaha,” ujar Firdaus Abie, penulis buku H Amran Sutan Sidi Sulaiman, Universitas Baiturrahmah: Berkhidmat untuk Kemajuan Bangsa.
Firdaus yang menulis buku tersebut bersama wartawan senior Khairul Jasmi, mengatakan, pengusaha merupakan bakat yang didapat dari sang Bapak, Haji Nurdin Datuk Palembang.Kakeknya membuka lapau (warung) kopi dan nasi di Pasar Padang Panjang. “Selepas Subuh, lapaunya sudah buka,” ujar Firdaus Abie yang juga Pemimpin Redaksi Harian Umum Rakyat Sumbar ini.
Bakat ini dibawanya ke Padang. Padang merupakan daerah perantauan dari Padang Panjang. Kala itu, Padang Panjang sedang berkecamuk peristiwa PRRI. Usaha yang sedang dirintisnya tak bisa dilanjutkan karena gejolak.
Di Padang, Amran berjualan kain di Pasar Mambo (sekarang Koppas Plaza). Saat berjualan ini, ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Ia juga tercatat menempuh kuliah di Fakultas Hukum Unand.
Insting Usaha Amran banyak sekali meninggalkan jejak di dunia usaha. Ia pernah memiliki usaha garam, distributor semen, toko emas, hingga angkot. Menurut Abie, sangat menarik mengikuti bagaimana ia memulai usaha dan mengembangkannya.
Kisaran tahun 70-an, selepas Magrib, Amran melihat orang ramai di sebuah toko di Jalan M. Yamin. Toko tersebut sangat terang. Di sana ternyata toko penjualan TV. Kala itu, TV termasuk barang langka dan mewah. Konon, itu satu-satunya toko yang menjual TV.
Amran tertarik. Tak lama kemudian, ia pergi ke Medan. Dibawanya TV satu truk ke Padang. Yang jadi masalah adalah, ia tidak kenal dengan bisnis ini. Bahkan, ia tak tahu cara menghidupkan TV.
Kemudian datang pembeli. Seorang pemuda. Ia bertanya tentang ukuran TV yang akan dibeli. Amran tak mampu menjawab. Tapi, ia tak kehilangan akal. Ia bertanya kepada pembeli, “Anda tahu dengan TV? Tahu cara menghidupkannya?” Sang pembeli menjawab, “Ya, sedikit banyak mengetahuinya.” Amran kemudian menjadikannya karyawan.
Saat berbisnis angkot, kala itu angkutan populer masih kuda dan bemo. Amran sudah memiliki bisnis City Ekspres atau Mini City Ekspres (MCE) atau sejenis bisnis angkot yang membawa penumpang di dalam kota.
Abie mengatakan sulit menelaah cara berbisnis Amran. Modalnya hanya yakin dan optimis. Malah banyak bisnisnya yang dimulai tanpa perencanaan. Seperti bisnis TV tersebut.Apakah ada yang bangkrut? “Sejauh penulusuran saya tak ada yang bangkrut,” kata Abie.
Terjun ke dunia pendidikan berawal dari perdebatan Kisaran tahun 1973, Amran bertemu dengan temannya di kawasan Taman Melati, Padang. Temannya yang baru pulang haji itu sedang menunggu anak pulang sekolah.
Pertemuan ini melahirkan perdebatan. Ia berdebat dengan sang teman soal kualitas sekolah. Perdebatan inilah yang menjadi cikal bakalnya berkecimpung di dunia pendidikan.
Visinya soal pendidikan adalah ada pendidikan agamanya. Saat itu banyak sekolah Islam.Tapi, sebut Abie, kualitasnya tidak diperhatikan dengan baik sehingga banyak orang memilih sekolah lain. Tantu tidak salah karena kualitas yang diutamakan.
Amran ingin peserta didiknya mendapatkan pendidikan Islam sebagai pondasi. Alasan inilah yang memotivasinya mendirikan TK Baiturrahmah kisaran tahun 1978.
TK Baiturrahmah terbilang elit di masa itu. Ia merekrut guru-guru terbaik. Untuk sang anak, barangkali juga pertama kali dilalukan sistem jemput anak ke rumah dan mengantarkannya kembali pulang.
Ada pertanyaan dari orang tua. “Pak Amran, setelah anak kami tamat TK, kemana lagi kami harus sekolah?” Amran kemudian menjawab dengan mendirikan SD,SMP, dan SMA Baiturrahmah.
Hingga akhirnya lahir Universitas Baiturrahmah yang menaungi beberapa fakultas seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Akademi Keperawatan, dan sebagainya.
Nah, di fakultas kedokteran ini, ada juga pendidikan agamanya. Sebelum Covid-19, sebut Abie, rutin tiap hari mahasiswa tahun pertama wajib ikut “Kajian Dhuha.”
Amran, sebut Abie, pernah mengatakan sangat serius di dunia pendidikan. Ia menilai pendidikan adalah bentuk pengabdiannya untuk memajukan Sumbar.
Bahkan, kata Abie, kepada istrinya, ia pernah berkata, “Andai saya jual satu per satu toko untuk membiayai sekolah dan kampus yang telah dibangun. Itu akan saya lakukan,” ujarnya.
Sosok Amran Sutan Sidi Sulaiman itu kini telah tiada. Ia berpulang di usia 92 tahun. Menurut Abie, usia ini tidak pasti. Sebab, hanya didasarkan perhitungan terhadap sebuah peristiwa.
Peristiwa Amran lahir ditandai dengan kejadian gempa dahsyat akibat meletusnya Gunung Marapi pada 1926. Amran lahir empat tahun kemudian.Selamat jalan, Amran semoga engkau tenang dialam sana(*)